TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Keuangan mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN hingga akhir Maret 2019 mencapai Rp 102 triliun atau setara dengan 34,4 persen dari total target defisit sebesar Rp 296 triliun hingga akhir tahun. Angka ini tercatat melonjak 18,8 persen jika dibandingkan posisi Februari 2019 yang mencapai Rp 85,8 triliun.
Baca juga: Indef: Perubahan Besaran Defisit 3 Persen Belum Diperlukan
"Defisit hingga akhir Maret 2019 setara dengan 0,63 persen dari total GDP," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Luky Alfirman saat mengelar konferensi pers mengenai APBN Kita di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Senin 22 April 2019.
Luky menjelaskan defisit tersebut terjadi karena realisasi belanja negara tercatat meningkat lebih cepat dibandingkan jumlah pendapatan yang diterima negara. Kementerian mencatat realisasi belanja negara hingga akhir Maret 2019 tercatat mencapai Rp 452,1 triliun atau setara dengan 18,4 persen.
Jumlah itu tercatat tumbuh sebesar 7,7 persen dibandingkan realisasi APBN pada periode yang sama atau sebesar Rp 419,6 triliun. Hingga akhir tahun, Kementerian menargetkan belanja negara mencapai Rp 2.165,1 triliun.
Sementara itu, pendapatan negara hanya tumbuh sebesar 4,9 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2018 sebesar Rp 333,7 triliun. Hingga akhir Maret 2019 Kementerian mencatat pendapatan negara mencapai Rp 350,1 triliun atau sebesar 16,2 persen dari target APBN 2019. Adapun target pendapatan dari APBN 2019 mencapai 2.461,1 triliun hingga akhir tahun 2019.
Dengan kondisi demikian, lanjut Luky, maka keseimbangan primer APBN 2019 hingga akhir Maret tetap mengalami defisit. Tercatat defisit keseimbangan primer hingga 31 Maret 2019 mencapai Rp 31,4 triilun. Jumlah ini naik dari posisi Maret 2018 yang hanya mencapai Rp 17,4 triliun.
Menurut catatkan Kementerian Keuangan, realisasi defisit dari keseimbangan primer tersebut telah mencapai 156 persen dari target APBN 2019 atau senilai Rp 20,1 triliun. Kendati begitu, Luky menuturkan, jumlah ini defisit, belanja dan juga penerimaan masih cukup baik. "Belanja itu masih sangat on track, realisasi aman terkendali. Sekali lagi ini masih cukup baik," kata Luky.